Pages

Jumat, 28 Januari 2011

Li Na Banjir Pujian

Media China dan para pengguna internet di negara itu larut dalam kegembiraan. Eforia melanda, karena pada Kamis (27/1/11), Li Na menumbangkan petenis peringkat satu dunia Caroline Wozniacki 3-6, 7-5, 6-3 di semifinal Australia Terbuka, yang menjadikannya sebagai wanita Asia pertama berhasil mencapai final sebuah Grand Slam.

Ini adalah semifinal petenis berusia 28 tahun tersebut secara berturut-turut di Australia Terbuka. Pada 2010, dia juga meraih hasil serupa, sebelum disingkirkan petenis AS, Serena Williams, yang akhirnya jadi juara.
Sekarang, Li Na berhasil mengatasi bayang-bayang kekalahan tahun lalu itu dan maju ke final dengan kemenangan bersejarah dan dramatis atas lawannya yang barusia 20 tahun. Li Na berjuang mengatasi rasa grogi dan melakukan serentetan kesalahan sendiri.
"Sungguh suatu keajaiban! Ia lolos dari match point dan berhasil membalikkan keadaan!" demikian bunyi sebuah berita yang dibuat oleh seorang kolumnis olahraga sebuah portal internet kenamaan di China, qq.com, tepat di bawah foto Li Na yang sedang tersenyum setelah kemenangannya.
"Seorang China yang memasuki final Grand Slam untuk pertama kali berarti membuka lembar sejarah baru dunia tenis China," tulis sebuah media.  
Kemenangan Li Na itu disiarkan langsung oleh China Central Television, jaringan televisi milik pemerintah China. Televisi ini kemudian menyiarkan berbagai laporan dan fitur yang berkaitan dengan kesuksesan Li Na dan segala pernak-perniknya, serta laporan tentang peringkat petenis nomor sebelas ini yang akan meroket dan akan berada dalam jajaran sepuluh besar petenis elit dunia sebagaimana akan diumumkan oleh WTA minggu depan.

Di babak final nanti Li Na akan menghadapi juara Grand Slam tiga kali, Kim Clijster, pada Sabtu (29/1/11).
"Pertandingan yang tidak akan mudah bagi Li Na," kata salah satu pengguna media online di situs Titus Sports Weekly, sebuah situs internet khusus olahraga yang terpopuler di China.
"Saya harap-harap cemas waktu menonton pertandingannya, ketika lawannya menang pada set pertama, jantung saya berdebar kencang, Na Na (Li Na) engkau memang hebat, selamat--engkaulah kebanggaan China," tulis salah seorang penggemar internet di portal situs 163.com.
"Kami yakin engkau bisa menjadi juara di Melbourne, melihat bagaimana engkau bermain menyerang, tak ada seorang pun yang akan mampu mengatasinya, tidak juga Clijsters," tulis sebuah media.
Tercatat Li Na pernah mencapai babak perempat final Wimbledon pada 2010, tahun yang menjadi tonggak sejarah kesuksesan Li Na karena ia kemudian masuk jajaran 10 besar petenis dunia untuk pertama kalinya.
Petenis asal Wuhan, China ini pada 2011 juga tercatat belum terkalahkan sejak memenangi Sydney Internasional bulan ini, di mana lawan yang berhasil ditaklukkannya pada babak final adalah Clijsters, calon lawannya di final nanti.
Para pengguna internet di China memuji Li Na atas daya tahan dan kegigihannya.
"Seandainya saya yang main, saya pasti sudah menyerah di set kedua itu. Saya begitu tegang, begitu terharu, air mata saya mengalir tak tertahan melihat ia menang," kata seorang pengguna internet di sina.com.
"Saya dengar Asosiasi Tenis China tidak suka pada Li Na karena ia dianggap banyak ulah, mereka malah pernah menekannya," ungkap seorang penggemar.
Li Na dikenal di China karena pernyataan-pernyataannya yang blak-blakan dan terus-terang. Sekitar dua tahun lalu ia pernah menyerukan agar program olahraga negara itu, yang terkenal karena kekakuannya, dirombak saja agar dapat memberi kesempatan kepada para atlet mengembangkan karier tanpa kontrol yang terlalu kaku dan berlebihan dari pemerintah.
Pada waktu itu ia baru saja memenangi hak untuk mengelola kariernya sendiri dan mendapat bagian yang lebih besar dari uang hadiah pertandingan yang dijalaninya. Sebelumnya, ia berkali-kali protes atas ketidakadilan itu.

Sewaktu diwawancarai di tepi lapangan setelah memenangi pertandingan dengan Wozniacki, Li Na sempat melemparkan lelucon bahwa keinginan memperoleh hadiah uang sebesar 2,18 juta dollar AS merupakan hal yang memotivasinya untuk berjuang gigih.
Selain itu sambil bercanda ia ungkapkan bahwa kekalahannya pada set pertama itu juga akibat tidak bisa tidur di malam sebelum pertandingan gara-gara dengkuran suami yang juga pelatihnya, Jiang Shan. Lelucon itu membuat para penonton di lapangan dan pemirsa televisi turnamen Australia Terbuka tertawa geli.

Sumber : Kopas.com
foto : AFP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar