Pages

Jumat, 28 Januari 2011

Li Na Merasa Hidupnya Semakin Menarik

Kehidupan rumah tangga Li Na saat ini sedikit lebih rumit ketika sang suami juga menjadi pelatihnya. Itu berarti, pasangan suami-istri tersebut harus tetap memasang radar kontrol, baik di dalam maupun di luar lapangan tenis. Namun Li merasa hidupnya semakin menarik.
Sebelumnya, Li ditangani Thomas Hogstedt sampai akhir tahun lalu, ketika dia menjadi petenis China yang paling sukses. Mengawali musim 2010, Li membuat kejutan dengan menembus semifinal Australia Terbuka dan rankingnya menembus 10 besar yang bertahan selama 16 pekan.

Namun ketika mengawali tahun 2011, dia menunjuk suaminya, Jiang Shan, menjadi pelatih. Hasilnya cukup menjanjikan karena di tahun baru ini dia menyabet gelar Sydney International usai mengalahkan Kim Clijsters di final, sebelum terjun ke Australia Terbuka ini. Sekarang, Li menapaki babak keempat grand slam lapangan keras di Melbourne Park ini, setelah menang 6-2, 6-1 atas Barbora Zahlavova, Jumat (21/1/11).
"Ya, ini menarik karena anda selalu berusaha keras," ujar Li. "Maksudku, di lapangan saya selalu harus mendengar apa yang dia katakan. Tetapi kami kami selalu mendapatkan sebuah bonus pada pekerjaan dan hidup."
Nah, jika Jiang menjadi bos ketika di lapangan tenis, apakah tanggung jawab Li di lapangan?
"Kadang-kadang saya tidak bisa melakukan apa yang saya inginkan. Saya pikir, dia secara total mengontrol."
Li merupakan satu dari dua petenis China yang berhasil menembus semifinal Australia Terbuka pada tahun lalu. Itu adalah pertama kalinya di mana dua pemain dari sebuah negara mencapai babak yang sama di grand slam. Li mengalahkan Venus Williams dan Caroline Wozniacki untuk menembus babak empat besar, sebelum dihentikan Serena Williams.

Tahun ini, Serena tak bisa ambil bagian karena masih dalam pemulihan cedera. Tanpa sang juara bertahan, masih ada Venus, Clijsters dan Wozniacki, yang menjadi favorit juara.
Zheng Jie, pemain China lainnya yang tahun lalu masuk semifinal, juga absen karena cedera. Tetapi, masih ada pengganti dari negeri "Tirai Bambu" ini, yaitu Peng Shuai, yang kemarin membuat kejutan dengan menyingkirkan unggulan ketujuh Jelena Jankovic, pada babak ketiga.

Kesuksesan Li tahun lalu memunculkan spekulasi bahwa tenis akan semakin populer di China, yang memang lebih terkenal dengan tenis meja-nya (untuk versi tenis) dibandingkan dengan apa yang dimainkan Li. Hanya saja, Li, yang pada usia sembilan tahun beralih dari bulu tangkis ke tenis, tidak terlalu yakin. Menurutnya, meskipun dirinya menjadi juara di Melbourne Park, ketenaran tenis tidak akan bertahan lama.
"Mungkin hanya untuk sebulan, setelah itu semua orang akan melupakannya," canda Li. "Saya tidak yakin. Jika satu pemain China bisa menjadi juara grand slam di China, mungkin China akan berbalik. Saya tidak tahu."

Sumber : Kompas.com
foto : CHINADAILY.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar