Pages

Minggu, 13 Maret 2011

17 Tahun Kering Gelar


BIRMINGHAM - Indonesia memperpanjang rekor 17 tahun gagal meraih gelar tunggal putra di kejuaraan bulu tangkis All England. Itu setelah Dyonisius Hayom Rumbaka gugur pada babak kedua kejuaraan yang digelar di National Indoor Stadium, Birmingham, Inggris , kemarin dini hari Wita (11/3).

Pebulu tangkis pelatnas tersebut takluk kala menghadapi juara All England empat kali asal Tiongkok Lin Dan dengan straight game 11-21, 17-21. Dia menyusul tiga seniornya, Taufik Hidayat, Simon Santoso, Sony Dwi Kuncoro,  yang gugur terlebih dahulu pada babak pertama dalam even yang masuk titel super series premier BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).

Hasil itu juga meyakinkan bahwa generasi emas bulu tangkis Indonesia di sektor tunggal putra mulai habis.  Terkhir, Indonesia menjadi juara pada All England  edisi 1994 lalu atas nama Hariyanto Arbi.
Saat itu, Indonesia mampu menciptakan  final sesama pebulu tangkis Indonesia melawan Ardy B. Wiranata. Setelah itu, Indonesia nyaris tidak pernah mampu menjadi jawara. Pretasi terbagus pasca era Hariyanto Arbi adalah runner-up atas nama Taufik Hidayat pada musim 1999 dan 2000 serta Budi Santoso yang menjadi runne- up terakhir pada 2002.

Sampai berita ini ditulis, Indonesia tinggal bertumpu pada dua wakil dari ganda putra, Markis Kido/Hendra Setiawan dan Bona Septano/M. Ahsan, yang akan berjibaku di babak perempat final. Pada ganda putra pun, Indonesia juga sudah cukup lama tidak meraih gelar. Ganda terakhir yang mampu menjadi Juara adalah Sigit Budiarto/Candra Wijaya pada edisi 2003.  

Kegagalan di tunggal putra itu melengkapai kegagalan sebelumnya di sektor tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran yang lebih dulu memastikan pulang kampung karena gagal di babak awal. Kegagalan itu pun diakui oleh Pihak PB PBSI. Otoritas tertinggi bulu tangksi di tanah air itu tidak memungkiri bahwa wakil merah putih memang kesulitan untuk mengimbangi kemampuan pebulu tangkis negara lain.
"Kami sudah memenuhi tuntutan mengirimkan pebulu tangkis sebanyak mungkin untuk mencari pengalaman. Harus diakui, berat bagi pemain Indonesia untuk bersaing dengan rival-rival dari negara lain," kata Sekjen PB PBSI Yacob Rusdianto melalui pesan singkat kemarin (11/3).

Karena itu, Yacob berharap agar hasil di All England tersebut tidak menular ke hasil-hasil kejuaraan yang akan diikuti berikutnya.    Sayang, dia tak menjelaskan langkah yang dilakukan PBSI agar  Indonesia bisa mencapai hasil lebih bagus di even yang lain.
Terdekat, kejuaraan besar yang bakal dihadapi oleh Indonesia adalah kejuaraan beregu Piala Sudirman di Tiongkok pada 22-29 Mei mendatang. Pada even tersebut, Indonesia menjadi unggulan ketiga di bawah Tiongkok dan Denmark.

Sumber : Balikpapanpost

Lewati Hantuchova, Safina Mendaki Kejayaan

Indian Wells - Selangkah demi selangkah, Dinara Safina terus berusaha menemukan lagi kejayaannya yang telah hilang. Di Indian Wells, Safina sukses menumbangkan mantan juara dua kali, Daniela Hantuchova.

Di lapangan keras Indian Wells, Minggu (13/3/2011) dinihari WIB, Safina yang kini ranking 108 dunia menundukkan Hantuchova, unggulan 26, 7-6 (7-2), 6-4, di babak kedua.

Ini adalah hasil terbaik Safina dalam tahun 2011. Sebelumnya, petenis Rusia yang pernah menjadi petenis nomor satu dunia itu tiga kali mentok di babak pertama dan sekali gugur di babak kedua.

Di babak ketiga, ujian berat menanti Safina karena ia telah ditunggu petenis unggulan empat, Samantha Stosur, yang sebelumnya melewati hadangan Laur Pous Tio, 6-2, 6-2.

Bila di bagian putra ada dua petenis papan atas yang tumbang, di bagian putri praktis cuma unggulan-unggulan bawah yang berguguran. Unggulan atas seperti Kim Clijsters dan Vera Zvonareva melangkah mulus.

Clijsters yang ditempatkan sebagai unggulan kedua menundukkan Alla Kudryavtseva dengan mudah, 6-2, 6-0. Sedangkan Zvonareva butuh sedikit waktu untuk menekuk Timea Bacsinszky 6-3, 7-6 (7-4).

Sumber : Arya Perdhana - detiksport
foto : Getty/Harry How

Murray dan Ferrer Tumbang

Indian Wells - Andy Murray dan David Ferrer menjadi dua unggulan tertinggi yang sudah tumbang di turnamen Indian Wells. Murray dipecundangi Donald Young dan Ferrer dipukul Ivo Karlovic.

Dalam pertandingan yang berlangsung di Indian Wells Tennis Garden, California, Minggu (13/3/2011) dinihari WIB, Murray yang menjadi unggulan kelima menyerah 6-7 (4-7), 3-6, dari Young yang merupakan petenis kualifikasi.

Senasib dengan Murray, Ferrer yang ditempatkan sebagai unggulan keenam juga kalah dalam straigh sets. Petenis Spanyol itu tumbang di tangan Karlovic dengan skor 6-7 (3-7) 3-6.

Selain Murray dan Ferrer, ada juga unggulan lebih rendah yang harus menyerah di babak kedua. Ia adalah Marcos Baghdatis yang bertekuk lutut di hadapan pemain kualifikasi asal India,  Somdev Devvarman, 5-7, 0-6.

Mantan juara AS Terbuka, Juan Martin del Potro, melangkah maju ke babak ketiga setelah menundukkan unggulan ke-14, Ivan Ljubicic, dengan skor akhir 5-7, 6-4, 6-2.

Namun di luar mereka, para petenis unggulan lainnya melaju cukup mulus. Seperti Fernando Verdasco (unggulan 9) yang melaju setelah Richard Berankis mundur akibat cedera.

Sumber : Arya Perdhana - detiksport
foto : Murray (Getty/Matthew Stockman)

Masih Ada 'Merah Putih' di Semifinal

Birmingham - Indonesia masih tersisa. Dia adalah Hendra Setiawan yang turun di nomor ganda campuran berpasangan dengan pebulutangkis Rusia Anastasia Russikikh yang berhasil menjejak semifinal.

Perjuangan pasangan "gado-gado" itu cukup terjal. Dalam pertandingan yang berakhir pada Sabtu (13/2/2011) pagi WIB, Hendra/Russikikh harus melakoni pertarungan panjang melawan pasangan Denmark.

Dalam duel tiga set, Hendra/Russikikh sukses menyingkirkan Joachim Fischer Nielsen/Christina Pedersen 21-16, 12-21, 14-21.

Meski demikian, Hendra/Russikikh niscaya akan berhadapan dengan lawan yang lebih berat di untuk memperebutkan tiket final. Pasangan Thailand yang menempati unggulan ketiga Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam telah menunggu.

Hendra diharapkan bisa menggondol gelar di turnamen ini. Dia merupakan satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa setelah di partai sebelumnya dua ganda putra kandas.

Sumber : Okdwitya Karina Sari - detiksport

Ganda Putra Habis

Birmingham - Harapan Indonesia untuk meraih gelar dari nomor ganda putra di All England tahun ini pupus sudah. Dua wakil yang tersisa telah kandas di perempatfinal.

Keduanya berasal dari nomor ganda putra. Yang pertama adalah pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan yang takluk dari Koo Kien Keat/Tan Boon Heong dalam pertandingan Sabtu (12/3/2011) dinihari.

Dalam pertarungan tiga game berdurasi 49 menit Markis/Hendra menyerah dengan skor 19-21, 25-23, 11-21.

Kegagalan ini turut diikuti oleh ganda Mohammad Ahsan/Bona Septano. Mereka tidak kuasa menghadapi ketangguhan pasangan dari China.

Ahsan/Bona yang menempati unggulan kedelapan masih terlalu lemah buat Chai Biao/Guo Zhendong sehingga kalah dua game langsung 18-21, 17-21.

Indonesia masih menyisakan satu pebulutangkis di nomor ganda campuran yakni Hendra Setiawan dengan pasangannya Anastasia Russikikh. Sampai berita ini diturunkan keduanya masih melakoni pertandingan.

Sumber : Okdwitya Karina Sari - detiksport
foto  : indonesiaindonesia.com

Jankovic Melenggang

California - Jelena Jankovic belum menemui hambatan. Sang juara bertahan berhasil melewati babak kedua usai menundukkan petenis wild card asal AS.

Bertempat di Indian Wells Tennis Garden, Sabtu (12/3/2011) dinihari WIB, Jankovic sukses mengalahkan Coco Vandeweghe straight set 6-2, 6-1.

Hasil ini membawa petenis Serbia ini melangkah ke babak ketiga dan akan menghadapi pemenang antara Sybille Bammer kontra Julia Gorges.

Di pertandingan lain, mantan petenis nomor satu dunia asal Rusia Dinara Safina sukses menjejak babak kedua usai mengalahkan petenis Spanyol Arantxa Parra Santonja 6-3, 6-3.

Sementara itu Petra Kvitova menjadi petenis unggulan pertama yang tersingkir. Petenis kebangsaan Republik Ceko itu dipaksa pulang lebih awal oleh rekan senegaranya Barbora Zahlova-Strycova dalam pertarungan sengit tiga set 6-2, 2-6, 5-7.

Sumber : Okdwitya Karina Sari - detiksport
foto : Jankovic (Getty Images)

Li Na Hadapi Saudara Setanah Air

Indian Wells - Finalis Australia Terbuka Li Na akan menghadapi rekan senegaranya, Peng Shuai, di babak kedua tenis Indian Wells. Peng sendiri melaju usai menundukkan Renata Voracova.

Dalam partai babak pertama yang digelar di Indian Wells Tennis Garden, California, Jumat (11/3/2011) dinihari WIB, Peng mengatasi perlawanan Voracova dalam dua set, 7-5, 6-1.

Di babak kedua, Peng akan menghadapi Li Na. Ditempatkan sebagai unggulan ketujuh di turnamen ini, Li Na tidak harus memeras keringat di babak pertama karena mendapat bye.

Sementara, unggulan pertama Caroline Wozniacki akan ditantang oleh petenis wild card Amerika Serikat, Sloane Stephens. Di babak pertama, Stephens yang baru berusia 17 tahun melewati Jamie Hampton.
Mereka yang juga telah melaju ke babak kedua antara lain adalah Simona Halep, Elena Baltacha, Lucie Hradecka, Zuzana Ondraskova, Alize Cornet, Anastajia Sevastova, Betthanie Mattek-Sands dan Gisela Dulko.

Juga telah lolos dari hadangan lawan di babak pertama adalah Melanie Oudin, Timea Bacsinszky, Coco Vandeweghe, Sybille Bammer, Kimiko Date Krumm, Barbara Zahlavova-Strycova, Monica Niculescu, Lucie Safarova, Sara Errani dan Alla Kudryavtseva.

Sumber : Arya Perdhana - detiksport
foto : Peng Shuai (AFP)

Cuma Tinggal Separuh Indonesia di Ganda Campuran

Birmingham - Harapan Indonesia untuk berjaya di nomor ganda campuran All England sudah pupus. Praktis tinggal ada satu 'wakil' Indonesia di sana, yakni duet gado-gado Hendra Setiawan/Anastasia Russkikh.

Hendra yang berasal dari Indonesia dan Russkikh yang berasal dari Rusia berhasil melaju ke perempatfinal usai menundukkan Hung Ling Chen/Wen Hsing Cheng (China Taipei) di National Indoor Arena, Kamis (10/3/2011).

Sejak awal set pertama, Hendra/Russkikh selalu unggul atas lawan, namun skor sempat sama di posisi 15-15. Hendra/Russkikh kemudian bangkit dan merebut poin 6-0 untuk mengunci set pertama 21-15.

Di set kedua, pertandingan berjalan sedikit lebih mudah buat Hendra/Russkikh. Mereka berhasil menang 21-13, di antaranya berkat kesuksesan mendaratkan 10 smes berbanding lima yang dilepaskan lawan.

Melajunya Hendra/Russkikh ke perempatfinal sedikit mengobati kekecewaan para pemain Indonesia di nomor ini karena wakil terakhir 'Merah Putih', Tantowi Ahmad/Lilyana Natsir, dibekap Michael Fuchs/Birgit Michels.

Tantowi/Lilyana yang ditempatkan sebagai unggulan ketujuh menyerah 21-14, 19-21, 14-21 dari ganda campuran Jerman yang tidak diunggulkan tersebut.
 
Sumber : Arya Perdhana - detiksport
foto : Getty Images

Sabtu, 12 Maret 2011

Taufik Ditumbangkan Non-unggulan

Birmingham - Taufik Hidayat tersingkir di babak pertama turnamen All England. Yang lebih menyesakkan, Taufik dipecundangi oleh pemain non-unggulan asal Jepang, Kazushi Yamada.

Taufik menjadi wakil terakhir Indonesia yang bertanding di National Indoor Arena, Kamis (10/3/2011) dinihari WIB. Namun unggulan kedua itu gagal melangkah lebih jauh karena ditekuk Yamada 10-21, 14-21.

Di set pertama, Taufik selalu tertinggal sejak posisi 2-2. Yamada yang mendaratkan 11 smes, berbanding lima smes yang dilancarkan Taufik, merebut set pembuka ini dengan 21-10.

Permainan Taufik tidak membaik di set kedua. Yamada melejit unggul 11-6 dan tak terkejar hingga akhirnya menyudahi pertandingan dengan skor 21-14 dalam waktu total 31 menit saja.

Untungnya, hal serupa tidak menimpa ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan. Unggulan keempat itu melaju ke babak kedua usai menyingkirkan Peng Soon Chan/Khim Wah Lim 21-10, 25-23.

Di babak kedua, Markis/Hendra bakal bertemu ganda Jepang Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata yang sebelumnya melewati hadangan Songphon Anugritayawon/Sudket Prapakamol (Thailand).
 
Sumber : Arya Perdhana - detiksport
foto : Reuters

Hayom Lolos, Tiga Ganda Tumbang

Birmingham - Dionysius Hayom Rumbaka berhasil melangkah ke babak kedua All England. Langkah Hayom tak diikuti oleh tiga ganda Indonesia yang langsung tumbang di babak pertama.

Dalam pertandingan di National Indoor Arena, Birmingham, Rabu (9/3/2011), Hayom mampu menghentikan perlawanan pebulutangkis India, Ajay Jayaram. Hayom menang dua set langsung dengan skor 21-17 dan 21-19.

Di babak kedua, Hayom akan menghadapi ujian berat. Pasalnya, dia bertemu dengan unggulan ketiga asal China, Lin Dan. Lin melaju ke babak kedua setelah menyingkirkan pemain Malaysia, Wong Choong Hann.

Sementara itu, tiga ganda Indonesia langsung tersingkir di babak pertama. Mereka adalah Nova Widianto/Vita Marissa dan Muhammad Rijal/Debi Susanto yang tampil di nomor ganda campuran serta Alvent Yulianto Chandra/Hendra Aprida Gunawan di nomor ganda putra.

Nova/Vita dikalahkan unggulan keempat asal Polandia, Robert Mateusiak/Nadiezda Zieba, dengan skor 14-21 dan 19-21. Rijal/Debi takluk di tangan Nathan Robertson/Jenny Wallwork (Inggris) dengan skor 16-21 dan 19-21. Sementara Alvent/Hendra menyerah dari Adam Cwalina/Michal Logosz (Polandia) dengan skor 16-21 dan 17-21.

Dalam pertandingan lainnya, ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bernasib lebih baik. Unggulan ketujuh ini lolos ke babak kedua setelah mengalahkan Peng Soon Chan/Liu Ying Goh (Malaysia) 21-12, 7-21, dan 21-19. Di babak kedua, mereka akan ditantang Michael Fuchs/Birgit Michels (Jerman).

Sumber : Meylan Fredy Ismawan - detiksport
foto : Tontowi/Liliyana (Getty Images)

Dua Ganda Putra ke Perempatfinal, Hayom Kandas

Birmingham - Dua ganda putra Indonesia berhasil meneruskan kiprahnya di All England dengan menjejak babak perempatfinal. Kesuksesan yang sama tidak diikuti Dionysius Hayom Rumbaka yang tumbang di tangan Lin Dan.

Pasangan pertama adalah Mohammad Ahsan/Bona Septano. Memainkan pertandingan babak II menghadapi Rupesh Kumar/Sanave Thomas, Ahsan/Bona memenangkan pertandingan straight set 21-16, 21-16.

Satu ganda putra 'Merah Putih' lainnya adalah Markis Kido/Hendra Setiawan. Pasangan yang menempati unggulan keempat ini menyingkirkan Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata juga dalam dua set langsung 21-14, 21-13.

Di babak selanjutnya, Ahsan/Bona akan berhadapan dengan pasangan China Chai Biao/Guo Zhendong. Sementara Markis/Hendra ditantang unggulan lima dari Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.

Nasib berbeda diterima oleh Hayom. Ia harus mengakui keunggulan Lin Dan yang menempati unggulan ketiga usai kalah dua set langsung 11-21, 17-21.

Kegagalan Hayom ini sekaligus menandai habisnya wakil 'Merah Putih' di nomor tunggal putra. Tiga pemain lainnya, Simon Santoso, Sony Dwi Kuncoro dan Taufik Hidayat sudah tersingkir di babak pertama.

Sumber : Okdwitya Karina Sari - detiksport

Jumat, 11 Maret 2011

Baru Ahsan/Bona yang Melaju

Birmingham - Sejumlah wakil Indonesia yang turun di All England bertumbangan. Praktis, baru ganda putra Mohammad Ahsan/Bona Septano yang sukses melangkah ke babak kedua.

Ahsan/Bona menghadapi ganda Malaysia Mohd Fairuzizuan Mohd Tazari/Soon Hock Ong di National Indoor Arena, Birmingham, Rabu (9/3/2011). Bertarung selama tiga set, Ahsan/Bona unggul 21-10 19-21 21-14.

Di babak kedua, Ahsan/Bona yang merupakan unggulan kedelapan bakal menghadapi pemenang pertandingan antara Rupesh Kumar/Sanave Thomas (India) menghadapi Teik Chai Gan/Bin Shen Tan (Malaysia).

Selain dua tunggal putra, Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro, yang sudah tumbang, ada dua wakil Indonesia lainnya yang juga gugur. Mereka adalah ganda putri Meiliana Jauhari/Greysia Polii dan ganda campuran Fran Kurniawan/Pia Zebadiah.

Meiliana/Greysia yang ditempatkan sebagai unggulan ketujuh secara mengejutkan ditumbangkan ganda Denmark yang bukan unggulan, Line Damkjaer Kruse/Marie Roepke, dengan 20-22, 16-21.

Sedangkan Fran/Pia gagal melaju ke babak kedua karena harus bertekuk lutut di hadapan ganda China, He Hanbin/Yu Yang, dengan skor 11-21, 15-21.

Sementara, pasangan gado-gado Indonesia-Rusia, Hendra Setiawan/Anastasia Russkikh, berhasil melaju ke babak kedua setelah menundukkan Valeriy Atrashchenkov/Elena Prus, 21-10, 21-10.

Hingga saat ini, masih ada sejumlah wakil Indonesia yang tengah menjalani pertandingan babak pertama di turnamen paling paling terkenal itu.

Sumber : Arya Perdhana - detiksport

Simon & Sony Langsung Tersingkir

Birmingham - Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro sudah harus mengepak koper saat All England baru memasuki babak pertama. Keduanya tersingkir setelah kalah dari lawan-lawannya.

Bertanding di National Indoor Arena, Birmingham, Rabu (9/3/2011), Simon dikalahkan unggulan kedelapan asal Thailand, Boonsak Ponsana. Simon menyerah dua set langsung dengan skor 19-21 dan 15-21 dalam tempo 43 menit.

Di babak kedua, Ponsana akan meladeni pebulutangkis yang merangkak dari kualifikasi, Lee Hyun Il. Pemain Korea Selatan itu menumbangkan Joachim Persson dengan 21-13, 21-13.

Sementara itu, Sony tak berdaya saat menghadapi pemain China, Bao Chunlai. Pebulutangkis 26 tahun itu pun takluk dalam duel dua set berdurasi 29 menit dengan skor 10-21 dan 6-21.

Bao berpeluang bertemu unggulan teratas Lee Chong Wei di babak berikutnya. Chong Wei akan meladeni Brice Leverdez (Prancis) di babak pertama.

sumber : Meylan Fredy Ismawan - detiksport
foto : Getty Images

Lin Dan Anggap All England Bukan Turnamen Penting

Birmingham: Pemain bulutangkis asal Cina Lin Dan mengeluarkan komentar yang merendahkan turnamen All England. "Bagi kebanyakan orang, mungkin turnamen ini terasa penting. Tetapi bagi saya All-England bukan merupakan turnamen penting," kata Lin Dan, seperti dikutip dari AFP. Komentar ini dilontarkan Lin Dan usai mengalahkan Wong Choon Hann mantan juara negara Persemakmuran Malaysia 21-14, 21-17, belum lama ini.

Ia kemudian mengeluarkan komentar khusus tentang turnamen yang tahun ini menjadi satu dari lima kejuaraan Seri Primer (Premier Series), kategori terbaru dan paling bergengsi dalam tur dunia BWF. "Lampu penerangan buruk dan kali ini tidak ada alat pencatan angka (scoreboard)," kata juara Olimpiade itu, seperti dilaporkan penerjemah Cina. "Saya kira All-England harus lebih baik karena sekarang sudah menjadi event Premier," imbuhnya.

Komentar Lin itu tidak semuanya benar. Sebetulnya ada pencatat angka ukuran kecil di setiap lapangan tetapi dihadapkan ke arah penonton. Selain itu ada juga pencatat angka besar di ujung arena.

Komentar Lin Dan itu, disayangkan Ketua Eksekutif Bulutangkis Inggris, penyelenggara turnamen itu, Adrian Christy. "Amat mengecewakan, karena seorang yang sudah memenangi All-England empat kali dan secara konsisten mendukung turnamen tersebut, kini menyatakan turnamen ini tidak berarti banyak baginya," ujarnya.

Menurut Christy, jika melihat lapangan yang bekelas dunia serta para pemain yang hadir di sini, ini menunjukkan status All-England yang sebenarnya. Kenyataan lain, para pemain terbaik dunia datang ke Birmingham untuk bertanding, penonton terus bertambah, dan jaringan televisi dunia meliput.

"Dalam dunia bulu tangkis, di luar Olimpiade dan kejuaraan dunia, maka ini merupakan turnamen yang banyak disaksikan orang dan yang harus dimenangi para atlet," tambahnya

Sumber : Liputan6.com,.(IAN/Ant)
foto : koranbogor.com

Sabtu, 05 Maret 2011

Lin Dan

Lin Dan, adalah pemain badminton dari Fujian, Republik Rakyat Cina. Lin kini merupakan pemain tunggal paling dominan di panggung dunia, sejak tahun 2004, ia berada di posisi 1 di dunia selama dua tahun, dan memenangkan banyak turnamen. Pada Oktober 2006, Lin Dan mendapatkan kembali posisi pertama di dunia, setelah sempat dikalahkan oleh Lee Chong Wei dari Malaysia.

Andaikan kalah pun dari Chen Jin pada final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Hyderabad, India, Minggu (16/8) malam, nama Lin Dan masih pantas masuk catatan. Pemain China kelahiran Longyan, Fujian, berusia 26 tahun itu (lahir 14 Oktober 1983) memang memiliki sesuatu yang tidak dipunyai pemain lain: prestasinya yang tak tertandingi. Sedikitnya, dia sudah empat kali menjadi finalis kejuaraan dunia.
Akhirnya, Lin Dan menumbangkan rekannya sesama China, Chen Jin, dengan skor 21-18, 21-16. Dengan kemenangannya kali ini berarti pemain dengan tinggi 1,78 meter dan berat 72 kilogram tersebut meraih gelar juara dunia ketiga kalinya berturut-turut (sebelumnya di Madrid 2006 dan Kuala Lumpur 2007), sebuah prestasi langka dari seorang pemain tunggal putra. Yang pernah merebut dua gelar sebelumnya adalah Yang Yang (1987 dan 1989).

Lalu, pada kejuaraan perseorangan paling bergengsi, All England, Lin Dan pula yang terbesar untuk abad ke-21: empat kali menjadi juara, tahun 2004, 2006, 2007, dan 2009.
Tidak ada pemain lain berprestasi seperti Lin Dan setelah tahun 2000 ini. Jangan lupa juga, dia juara Olimpiade Beijing 2008. Dia juga merebut gelar pada berbagai kejuaraan lain. Juga mengantar timnya merebut tiga kali Piala Thomas dan lima kali Piala Sudirman.
Orang di Cina menyebut dia ”Super Dan” karena prestasinya yang luar biasa itu. Barangkali sama dengan sebutan ”Maestro” bagi pemain kita, Rudy Hartono, ketika tahun 70-an mengantongi gelar juara All England delapan kali. Kehebatan keduanya tidak tertandingi—pada masanya masing-masing.

Temperamental
Lin Dan pernah menjadi seorang anggota tentara. Tidak heran ketika memenangi medali emas Olimpiade Beijing 2008, ia memberi hormat dengan menempelkan tangan di keningnya: hormat seorang tentara. Sebagai seorang anggota Tentara Rakyat China, dia pun tidak lupa memakai lencana Ketua Mao.
Namun, sebagai tentara barangkali dia tidak terlalu disiplin. Boleh jadi juga karena memang dia temperamental. Lihatlah, misalnya, yang terjadi pada Kejuaraan Super Series Korea 2008. Merasa diperlakukan tidak adil oleh penjaga garis—saat kedudukan 20-20 pada set ketiga melawan pemain tuan rumah, Lee Hyun-ill—ia melakukan protes dengan memaki-maki dalam bahasa ibunya.
Li Mao, pelatih Korea asal China—yang tentu saja mengerti apa yang diucapkan Lin Dan— jadi naik pitam dan membalas dengan bahasa yang sejenis. Puncaknya: Lin Dan melempar raket ke arah Li Mao. Untung tidak kena.

Lin Dan juga pernah bertukar kata dengan pelatihnya, Ji Xinpeng. Merasa tidak dilatih sesuai dengan keinginannya, Lin Dan memarahi Ji Xinpeng. Terjadilah adu mulut dan bahkan adu fisik. Beruntung teman-teman Lin Dan berhasil meredam peristiwa itu sehingga tidak berlanjut. Lin Dan kemudian meminta maaf.
Pelatih Ji Xinpeng, perebut medali emas Olimpiade Sydney 2000, kemudian berkata bahwa untuk kepentingan negara dan kesatuan dan kemantapan tim, semua sepakat melupakan hal itu. Semuanya tidak ingin memengaruhi persiapan Olimpiade.
Lin Dan juga seorang flamboyan, suka dengan ramai-ramai. Pakaiannya pun seperti seorang selebriti. Modis dan kadang berwarna-warni. Memang dia pantas berlaku demikian karena dia sudah termasuk kelompok itu untuk masyarakat di negaranya. Dia kini pun menjadi model untuk mobil merek Skoda buatan Ceko.

Kini dia berpacaran dengan pemain tunggal putri, Xie Xingfang, yang merebut medali perak Olimpiade Beijing 2008. Sayangnya, Xingfang di final Minggu malam tumbang dari Lu Lan, 23-21, 21-12. Kalau saja Xingfang merebut medali emas, pasangan Lin Dan-Xie Xingfang sama dengan pasangan emas Alan Budikusuma-Susy Susanti yang merebut medali emas Olimpiade Barcelona.

Tangan kiri
Lin Dan adalah pemain yang menggunakan tangan kiri, sama dengan pendahulunya yang juga sukses, Yang Yang dan Zhao Jianhua. Namun, berbeda dengan kedua seniornya, Lin Dan lebih berani berspekulasi ketika beradu dengan lawan. Barangkali ini karena sifatnya yang temperamental.
Dengan tinggi 1,78 meter— sama dengan Rudy Hartono— dan kelentukan serta keliatan tubuhnya memang Lin Dan mudah mencapai berbagai sudut lapangan. Ini juga karena ia dapat meregangkan tubuhnya sampai titik terbawah jatuhnya sebuah bola (shuttlecock).
Senjata utama Lin Dan adalah smesnya yang cepat, kadang susah diduga, dan tentu saja tajam. Jika dia meloncat dan raket dalam posisi menghadap ke muka (forehand), dia bisa melakukan apa saja. Bisa smes-kedut yang tajam ke sisi yang tak terduga, atau sebuah stopping- dropshot yang membuat lawan terbungkuk-bungkuk. Atau, bisa juga ke belakang menjadi sebuah lob-serang.
Pergelangan tangannya, seperti juga rata-rata pemain kidal lain, memang kuat dan karena itu menyulitkan lawan menerka pukulan.

Lebih super
Senjata lainnya adalah permainan jaringnya yang amat tipis. Lawan diajak bertarung dengan pukulan yang tipis di depan jaring. Jika lawan tidak melayani dengan ketipisan yang sama, misalnya naik sedikit di atas jaring, dengan cepat dia akan ’menerkam’ bola itu, membuat lawan tak sempat bereaksi sempurna.
Kecepatan itu jugalah yang menjadikan Lin Dan disegani lawan. Jika lawan tidak awas, sebuah bola yang tinggi pun bisa dihunjamkan dengan tajam. Atau, sebuah lob-serang yang tanggung dari lawan akan dipotongnya menjadi smes, sebuah serangan mematikan.

Seperti Rudy Hartono atau meniru pukulan Rudy Hartono, Lin Dan dan rekan-rekannya yang bertangan kiri akan memotong bola dengan around- the-head smash (smes dengan tangan di atas kepala dan raket menghadap ke depan meski bola berada di sisi kanan). Itu dia lakukan jika lawan terus memberi bola lob ke arah backhand (sisi kanan) dirinya.

Pencapaian Lin Dan memang luar biasa. Hanya pemain-pemain dengan kecepatan yang sama, kesempurnaan pukulan yang memadai, kesiapan fisik yang sempurna, dan konsentrasi yang tinggi mampu menandinginya. Taufik Hidayat dan Sony Dwi Kuncoro, sampai sejauh ini, masih kalah dalam soal itu. Apalagi Simon Santoso yang secara fisik kalah jauh.

Sumber : TD Asmadi Wartawan, Tinggal di Jakarta 
foto ke-2 : sisillybilly.blogspot.com
foto ke-3 : erin-loves.blogspot.com

"Smesh", Persembahan Kudus untuk Bangsa


KUDUS. Sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi yang diukir oleh para pebulutangkis Indonesia, Djarum Foundation melalui program Djarum Apresiasi Budaya meresmikan Sculpture "Super Smash" di depan GOR Bulutangkis Djarum di Desa Jati, Kudus, Jawa tengah pada Kamis (3/3) malam.

"Super Smash" merupakan sebuah monumen karya Rudi Mantovani yang terdiri dari patung seorang atlet yang sedang melakukan smash. Figur atlet tersebut berdiri di atas konstruksi bola dunia. Tinggi monumen mencapai 8 meter dari permukaan tanah dan ditempatkan di atas kolam sedalam 60 cm dengan dasar batu andesit. Terbuat berbahan perunggu tersebut dikerjakan oleh Rudi bersama timnya yang berjumlah sepuluh orang selama enam bulan.

Menurut Victor Rahmat Hartono selaku Presiden Direktur Djarum Foundation di depan wartawan di Kudus, Sculpture Super Smash merupakan cerminan kebanggan, semangat dan cita-cita. Kebanggaan terhadap prestasi, semangat untuk terus berproses dan cita-cita besar demi kemajuan Indonesia. "Dengan adanya monumen ini,selain menjadi perwujudan kebanggan terhadap prestasi dibidang bulutangkis juga diharapkan akan mampu memberikan inspirasi kepada generasi selanjutnya untuk terus menerus berjuang dan bekerja keras dalam meraih prestasi dan berusaha turut mengharumkan nama bangsa Indonesia."

Menurut Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari, meski secara visual sculpture bertema "Super Smash", namun secara tersirat visi yang ingin disampaikan jauh lebih besar dan luas. Sebab dari pusat pelatihan bulutangkis yang diselenggarakan oleh perusahaan rokok yang berpusat di Kudus itu, telah lahir bunga-bunga bangsa yang turut mengharumkan nama republik ini ke seluruh dunia.

Acara yang dipandu oleh seniman Butet Kertarajasa itu dihadiri oleh beberapa pebulutangkis senior gemblengan PB Djarum yang pernah menjuarai beberapa event bulutangkis tingkat dunia. Sebutlah, Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, Sigit Budiarto, Maria Kristin.

Victor mengungkap, setelah peresmian "Super Smash", pihak Djarum juga akan membuat empat monumen lainnya yang akan menghiasi beberapa titik di kota Kudus. Monumen-monumen tersebut tentu saja mengandung spirit membangun dan diharapkan akan menjadi inspirasi bagi warga Kudus khususnya, dan para pendatang yang mengunjungi "Kota Kretek" itu.

Foto : Jodhi Yudono/kompas.com
Sumber : , KOMPAS.com--